Mulai dari mana ya gue ceritanya?
Dari pernyataan Vani aja deh tadi sore.
Vani bilang ke gue kalo bebeapa hari yang lalu si Kunyuk nanyain Putra ke dia. Kaya orang kepo gituh.
"Van, si Uta punya cowo baru ya?" tanya si Kunyuk.
"Hah? Ga tau ya. Yang gue tau dia baru putus sama si Nawar" jawab Vani polos.
" Itu loh, yang di facebook. Siapa tuh ya, hmm namanya tuh Putra apaaa gitu."
"Oh, Putra... gue kenal sih sama orangnya. Tapi kayanya mereka bohongan doang deh. Soalnya Putra kan mantannya Bella", ceplos Vani.
"Hah? Belok donk?" tanya si Kunyuk terkejut.
"Ga kok, dia cowo banget" jelas Vani.
"Ya, tapi tetep kan belok", tegas si Kunyuk. "Hahahahaha...." si Kunyuk pun terbahak-bahak dengan puasnya.
Itulah yang diceritain Vani yang bikin tubuh gue lemah gemulai. Dengan semua itu, artinya permainan petak umpet gue sama Putra harus berakhir dengan kekalahan.
Gue ga bisa nyalahin Vani, karena walaupun dia adalah salah satu comfort zone-nya gue, dia lah yang terakhir tau tentang aib gue yang tergila-gila pada si Kunyuk, jadi ga heran kalo Vani menjawab semua pertanyaan si Kunyuk dengan penuh kejujuran. Gue juga ga nyalahin Vani tentang image Putra yang ambruk di hadapan si Kunyuk. Berarti gue lah yang harus minta maaf dan membangun kembali image Putra.
Gue jadi inget sana kejadian beberapa hari yang lalu dimana tiba-tiba si Kunyuk ngebahas hubungan gue sama Putra dan gue dengan bangganya memamerkan Putra di hadapan si Kunyuk. Gue merasa menang atas ini. Sekarang, kayanya gue harus ngasih crown kemenangan ke si Kunyuk nih, dan mendengarkan tertawaannya yang puas banget setelah mengetahui kenyataan yang ada.
Gue gabisa berfikir jernih. Pikiran bentuknya abstrak tapi ternyata bisa tertekan, dan rasa sesak yang dihasilkan oleh tekanan itu melebihi gaya tekan pada benda berwujud.
Tekanan lainnya yang bikin otak gue empet banget adalah laporan Putra tentang curcolan si Nawar. Laporannya banyak sih, tapi satu inti yang nempel banget di ingatan gue, bahwa si Nawar akan mengobrak-abrik si Kunyuk SEANDAINYA gue bisa jadian sama si Kunyuk. Wow. (*)
Adonan rasa tertekan di jiwa ini ditambah bumbu rasa gombal dari di Nawar yang keluar dari mulutnya, yang kemudian masuk ke telinga kanan gue, dan langsung meninggalkan landasan yang ada di telinga sebelah kiri gue.
Orang-orang malah ikutan berkoar-koar membela si Nawar. Dengan berdalih dongeng tentang hubungan Nawar dan Rossi yang terbakar hangus gara-gara eksistensi gue di alam pikiran si Nawar, mereka malah ikutan voting untuk mendukung gue berasa gue ibu presiden yang layak untuk mengayomi warga negaranya. Mereka bilang kalo gue beda jauh sama Rossi dan gue lebih layak untuk dipilih (atau lebih pantas dibilang kalo gue seperti tak ada yang menandingi). Hal itu bukannya bikin gue mengawang-awang, tapi gue malah depresi mpe harus masuk lubang kelinci. Beban coy dibilang begitu... Dengan pemupukan prinsip gue yang berbunyi "Cintailah orang yang lo cintai, bukan orang yang mencintai lo", dan juga sumpah gue pada seseorang (I hope lo baca ini, Ferari), bahwa apapun yang terjadi, gue ga akan balik lagi sama dia. Masa iya gue harus nerima dia untuk yang kedua kalinya dengan alasan yang sama, yaitu cuma ingin balas budi atas kebaikannya dia. No way!
Ah... orang gue cintai? sopo toh?
You know me so well... But he doesn't know me very well.
Kenapa sih gue gabisa membenci si Kunyuk seperti orang-orang di sekeliling gue yang membenci dia. Mereka bilang dia jahat, mereka bilang dia ga ada baiknya buat gue, mereka bilang dia berbahaya buat gue, mereka bilang dia ga pantes buat gue, mereka bilang a, mereka bilang b, mereka bilang c, mereka bilang d, mereka bilang e (lompat ah) mereka bilang z.
Itu, salah satu masalah lagi yang bikin otak gue diforsir untuk berfikir, hati gue yang dipaksa untuk kalah dari yang namanya logika. Orang-orang pada heran sama cara pikir gue yang udah kaya orang bego. Yang dikasitau, dinasehatin, tapi masih aja ngeyel.
Ternyata, kapasitas otak gue yang udah hampir overload ini harus diberi asupan merupa memori dokumen tentang utang janji sama seseorang yang gue gantungin juga, yang mungkin lagi menunggu gue. Harah... Rasa tak enak hati timbul. Gue gatau harus gimana ngurusin yang satu ini. Sebenernya gampang aja kalo mau ngeberesin masalah sama yang satu ini. Gue tinggal tarik semua kata-kata gue, tapi kan gue harus memodifikasinya agar tidak terkesan mempermainkan dia, walaupun dia udah siap dengan semua keputusan yang bakal gue ambil. Ah, kayanya abis ini gue harus beresin masalah yang satu ini ni.Daripada ditunda sampe deadline juga ga ada bedanya. Jadi kan at least beban gue berkurang emprit lah.
Apalagi yah?
Intinya sih hari ini gue merasakan sakit sekaigus menyenangkan. Karena apa?
Setelah gue pikir-pikir, ini udah kaya cinta segitiga sama sisi karena pelakunya bermain di area yang sudutnya sama besar.
Sudut 1 milik si Kunyuk yang mempermainkan dan memanfaatkan gue karena merasa gue lagi main kejar-kejaran sama dia.
Sudut 2 milik gue yang akan melakukan hal yang sama ke si Nawar seperti apa yang dilakukan si Kunyuk ke gue. Gue akan memanfaatkan si Nawar yang mengejar-ngejar gue agar bisa membantu gue mengalahkan si Kunyuk dalam permainan ini. Bahkan gue melakukan hal bodoh yang sama seperti yang dilakukan si Nawar. Pura-pura pacaran sama orang lain untuk manas-manasin orang yang diincarnya. Bedanya kepura-puraan ini adalah, partner gue lebih koperatif dan lebih profesional.
Sudut 3 milik si Nawar yang melakukan hal yang sama kaya gue. Mengejar sesorang yang mempermainkannya. Rela melakukan apapun demi orang yang ia kejar. Salah satunya ya itu tadi, kalo gue pura-pura pacaran, kalo dia melakukan pelarian yang akhirnya menjatuhkan dia ke dalam masalah yang lebih kompleks dimana ceweknya ternyata ga bisa diajak profesional. Bukannya berhasil bikin gue kelabakan, eh, malah dia sendiri yang kelabakan. Bahkan menurut gue, dia itu salah langkah. Kalo gitu caranya gue malah makin yakin buat menutup hati gue buat dia. Yang harusnya dia lakukan kan meyakinkan gue kalo gue masih ada di hati dia, tapi dia malah menunjukkan kalo gue udah ga ada apa-apanya lagi di hati dia dengan cara berkata manis sama orang lain.
Dari 3 point of view itu, terlihat kalo posisi paling enak adalah si Kunyuk. Ibarat gambar segitiga, sudut dia itu ada di puncak, sedangkan gue n si Nawar jadi bagian kaki segitiganya. Tapi, since segitiga sama sisi juga punya titik poros layaknya lingkaran, gue akan memutar posisi yang ada sekarang, dimana suatu saat gue akan ada di titik puncak. Gue ga peduli sama posisi dua orang itu yang bakal ada di bagian sudut kaki.
(*) Kepikiran sama laporan Putra dimana si Nawar bilang bakal ngobrak-ngabrik si Kunyuk. Ternyata Vani juga menerima pengaduan yang sama kaya Putra, dimana si Nawar minta konfirmasi ke Vani whether Vani bakal keberatan atau ngga kalo Nawar 'ngapa-ngapain' si Kunyuk. Shock donk gue dengernya. Awalnya gue pikir kalo Nawar kok bisa sampe segitu jahatnya ya?
Tapi setelah gue inget-inget lagi pernyataan Vani yang bilang " Ya, kalo emang si Kunyuk itu salah, dan pantas menerima 'hukuman', ya udah".
Gue jadi berfikir untuk memamfaatkan sumber daya yang ada. Since semua orang berfikir kalo si Kunyuk itu jahat, berarti gue bisa narik premis kalo dia pantas untuk mendapat balasannya. Gue bisa memanfaatkan rasa benci Nawar ke si Kunyuk yang berani berbuat nekat untuk jadi alat gue buat bales dendam ke si Kunyuk. Gimana caranya, itu rahasia gue.
Pesan: untuk Nawar, lo harusnya lebih jeli melihat sekitar lo. Kalo lo bisa mengendus aroma kejahatan yang ada di si Kunyuk yang berada jauh dari lo, harusnya lo bisa mengendus aroma kejahatan lainnya yang sebenernya ada di deket lo.
Gossip girl new seasin is already started.
No comments:
Post a Comment