Sunday, December 30, 2012

Seberapa

Saat itu, saat mereka menyebut namamu dengan penuh maksud, nama yang seharusnya hanya kita yang tau, aku tersadar bahwa aku terlalu banyak berkata.

Celetukan mereka terdengar seperti raungan alarm yang memperingatkanku agar diam.

Katanya diam itu emas. Selalu pasti begitukah?

Seberapa baikkah diamnya kita saat kita harus berteriak?

Katanya tak baik bila memendam masalah sendirian.
Katanya dengan teriak bisa mengurangi sedikit beban.
Seberapa pentingkah teriakan kita?
Seberapa pedulikah mereka terhadap jeritan kita?
Karena dengan teriak malah beban baru yang kudapat.

Akankah aku gila karena aku diam?
Akankah aku mati karena malu? Malu karena semua orang tau borokku yang kuumbar.

Entah seberapa kuat aku menahan diam. Jikapun aku tak sanggup diam, aku tak tau harus berteriak pada siapa, atau sekedar membisiki siapa, karena sepertinya aku tak berhak punya rahasia. Tuhan pun sepertinya enggan meladeni mahkluk sepertiku yang tak bisa menjaga salah satu indera pemberiannya.

No comments:

Post a Comment